Sebagai seorang pendidik peran kita sangat penting dalam terwujudnya transformasi pendidikan yang lebih baik. Apalagi sebagai Guru Penggerak, kita memiliki peran untuk mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, dan memimpin pengembangan sekolah. Peran ini akan mampu kita lakukan jika kita memiliki artikulasi yang lebih baik tentang diri kita, murid-murid kita, teman kerja, sekolah dan bahkan dunia pendidikan di indonesia.

“Orang masih hidup walau ia tidak makan seharipun, tetapi orang tidak akan bisa hidup jika ia tidak punya harapan/visi walau sedtikpun”

Untuk itu dibutuhkan sebuah impian tentang bagaimana semua itu akan kita raih. Impian itu yang kemudian kita menyebutnya sebagai sebuah visi. Visi sangat kita butuhkan agar mampu menggerakkan, menyemangati perjalanan kita sebagai seorang pendidik. Mimpi besar yang kita bangun sudah seharusnya lebih memberikan kemanfaatan dan kebermaknaan bagi peserta didik kita. Dengan kata lain visi kita tentang pendidikan seyognya bisa selaras dengan pemikiran filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Pendidikan yang menghamba pada murid, pendidikan yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman pada anak, lingkungan belajar yang aman dan nyaman serta pendidikan yang mampu mewujudkan keselamatan dan kebahagian bagi murid. Itulah pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara yang harus mampu kita wujudkan dalam dunia pendidikan kita saat ini. Untuk itu dibutuhkan orang-orang yang bersedia untuk terus berinovasi dan terbuka terhadap perubahan zaman. Dengan kata lain, dibutuhkan partisipasi dari semua warga sekolah.

Selain itu, sebagai seorang pendidik kita harus menyadari bahwa tujuan akhir segala pembelajaran, program dan kegiatan di sekolah adalah terwujudnya profil pelajar pancasila. Profil pelajar pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur pancasila. Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis dan kreatif.

Semua hal tersebut di atas akan terwujud jika kita sebagai pendidik memiliki visi atau impian. Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan atau paradigma sebagai alat untuk mencapai tujuan.salah satu pendekatan yang dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreatif, serta menyatukan orang -orang adalah pendekatan inkuiri apresiatif. Pendekatan inkuiri apresiatif menekankan pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Pendekatan inkuiri apresiatif juga dipandang sebagai suatu pendekatan manajemen perubahan kolaboratif dan berbasis kekuatan.

 Pendekatan Inkuiri Apresiatif percaya bahwa setiap orang memiliki potensi dan merupakan aset organisasi. Oleh karena itu hal pertama dalam menerapkan pendekatan inkuiri apresiatif adalah menggali hal-hal positip, mendata keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.

            Dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif, maka kelemahan, kekurangan yang ada dalam organisasi atau sekolah menjadi tidak relevan lagi. Untuk menerapkan pendekatan inkuiri apresiatif bisa dilakukan dengan menggunakan tahapan BAGJA, sebuah singkatan dari buat pertanyaan, ambil pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana dan Atur eksekusi. 

Tahapan BAGJA ini diawali dengan prakarsa perubahan apa yang ingin diciptakan dalam lingkungan sekolah. Prakarsa perubahan itu berawal dari visi yang ingin kita wujudkan dalam lingkungan sekolah kita. Sebagai contoh berikut ini 5 (lima) perubahan yang menurut saya diperlukan demi mewujudkan visi murid merdeka dengan lebih efektif yaitu (1) menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid; (2) menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi murid; (3) menciptakan budaya sekolah saling menghargai dan bertanggungjawab; (4) menciptakan penguatan profil pelajar pancasila bagi murid; dan (5) menciptakan kolaborasi pembelajaran antar teman sejawat dan rekan kerja. (*)